Article >>
Loading...

Picture

Wisata Buruh Diskusi Hangat Keep Smile Fokus & Fokus Panitia Pendidikan Pengurus Wisata Buruh Terus Semangat, FPBI Tetap Berkibar

Recent Post

Jumat, 09 Januari 2015
Sekber Buruh

Sekber Buruh

PERGERAKAN buruh di tahun sebelumnya telah mendobrak keterputusan sejarah pergerakan buruh paska remuknya gerakan di tangan Soeharto, dan baru menemukan ekspresi politiknya kembali setelah runtuhnya Orde Baru. Setelah hampir 15 tahun, reformasi tidak juga memberi solusi atas penderitaan rakyat, buruh, tani dan kaum miskin kota. Kini rakyat pekerja menuntut digantinya sistem yang setengah-setengah terhadap perubahan dan tidak becus menuntaskan persoalan kebangsaan yang sudah berlarut-larut hingga membusuk. Kaum buruh mulai melihat diri mereka sebagai satu-satunya kelas yang bisa memimpin seluruh bangsa ini keluar dari keterpurukan kapitalisme.

Ada dua poin penting yang patut dicatat dalam manifesto politik Sekber Buruh: 
  1. Kekuasaan ekonomi politik borjuis harus diganti dengan persatuan perjuangan rakyat,
  2. Sekber Buruh tidak akan memberikan dukungan terhadap semua partai dalam Pemilu 2014. Kedua poin penting tersebut menyiratkan sebuah sikap politik tegas, yang menunjukkan keengganan kaum buruh untuk bersekutu secara politik terhadap kelas borjuis dan memilih untuk bersatu dengan perjuangan rakyat. Selain itu, Sekber Buruh menegaskan, tidak akan mendukung partai manapun dan dalam bentuk apapun pada pemilu 2014.
Tidak diragukan kalau setelah gebrakan buruh satu tahun belakangan ini yang mulai menunjukkan bobot politik mereka, akan ada banyak partai politik borjuasi yang akan mencoba membeli dukungan serikat-serikat buruh dengan berbagai tawaran kontrak politik. Entah itu dengan memberikan sejumlah posisi di partainya kepada para pemimpin serikat, mencalonkan sejumlah pemimpin buruh dalam pemilu, atau iming-iming lainnya. Tidak sedikit buruh yang mungkin akan mendukung serikatnya untuk bekerja sama dengan partai-partai politik borjuasi, dengan harapan tulus kalau suara mereka mungkin akan tersampaikan di gedung DPR dan mereka bisa memenangkan sejumlan konsensi. Kita harus menjelaskan kepada kawan-kawan buruh kita bahwa mereka tidak boleh bersandar pada kekuatan lain selain kekuatan mereka sendiri, apalagi kekuatan borjuasi. Gelombang pemogokan dan aksi buruh satu tahun belakangan ini telah menunjukkan bahwa buruh punya kekuatan yang besar, dan kalau ini digunakan untuk membangun kendaraan politik mereka sendiri maka sungguh tidak mustahil kalau buruh akan bisa punya partai buruh sebagai kekuatan politik riil. Seruan untuk tidak mendukung partai manapun dalam pemilu mendatang harus disertai dengan seruan perlunya membangun partai buruh. Kalaupun secara logistik ini belum memungkinkan, para buruh harus mulai disiapkan secara ideologi. Yang menghalangi buruh untuk membentuk partai buruh bukanlah hambatan-hambatan logistik dan administratif, tetapi tembok di dalam pikiran mereka yang harus dihancurkan dengan pendidikan politik.

Dalam acara rapat akbar ini, ada juga upaya penyebaran gagasan yang dilakukan oleh Toko Buku Buruh Membaca, sebuah toko buku yang menyediakan bacaan-bacaan bermuatan politik untuk membangun kesadaran kritis di antara kaum buruh. Militan mengamati beberapa proses diskusi singkat antara buruh yang hendak membeli buku dengan TB Buruh Membaca. Antusiasme kawan-kawan buruh dalam membeli buku tidak hanya dilandasi oleh keinginan menambah koleksi bacaan, namun juga didorong oleh semangat membaca dan berpolitik, seperti slogan yang dikumandangan oleh Sekber Buruh, “Saatnya Buruh Berpolitik! Ada kehausan gagasan di antara kaum buruh. Buruh sudah tidak perlu lagi slogan-slogan sederhana untuk menjelaskan betapa buruknya hidup mereka di bawah kapitalisme, tetapi mereka memperlukan penjelasan-penjelasan mendalam mengenai kapitalisme dan bagaimana menumbangkannya. Mereka butuh teori revolusioner. Saatnya buruh berpolitik, dan saatnya buruh berteori.

Deklarasi Politik Sekretariat Bersama Buruh

DEKLARASI SIKAP POLITIK SEKBER BURUH DAN HAKIKAT AKSI MASSA JUTAAN BURUH INDONESIA DALAM PERINGATAN MAYDAY 1 MEI 2013

SEKARANG DAN DIMASA DEPAN ELIT POLITIK DAN PEMODAL ADALAH MUSUH RAKYAT; SAATNYA RAKYAT BERSATU UNTUK BERKUASA!

Setelah 14 tahun, 10 bulan, 3 hari, inilah yang dilakukan oleh Kekuaasan Elit Indonesia semenjak Soeharto jatuh 21 Mei 1998

1. Kekuasaan Elit menggadaikan kekayaan Alam pada Modal Swasta (Internasional dan Nasional) demi kemakmuran diantara mereka.

- "Sekitar 42 juta hektar pertambangan dikuasai asing, 95 juta hektar minyak dan gas dikuasai asing, 32 juta hektar kehutanan, dan 9 juta hektar perkebunan sawit. Luas keseluruhan mencapai 178 hektar sebagian besar dikontrol oleh perusahaan asing. Padahal luas daratan Indonesia sekitar 195 juta hektar,"

- "Sedikitnya 95 persen kegiatan investasi mineral dikuasai dua perusahaan Amerika Serikat yaitu PT Freeport Mc Moran dan PT Newmont Corporation. 48 persen migas dikuasi oleh Chevron," ujarnya.

2. Kekuasaaan Elit bertumpu pada hutang luar negri, dan rakyat yang harus membayar

Utang Indonesia memang luar biasa. Pemerintahan Orde Lama (Orla) tercatat mewariskan utang ke negeri ini sebesar Rp 794 miliar atau setara dengan 2,4 miliar dollar Amerika Serikat atau 29 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada waktu itu.

Di tahun 2011, Total utang tersebut adalah utang luar negeri Indonesia ke negara-negara maju. Namun, ternyata, dalam empat dekade, utang Indonesia justru bukannya menurun, akan tetapi justru meningkat. Hingga akhir semester 1 tahun lalu, dari jumlah sekitar Rp 794 miliar pada tahun 1969, membengkak menjadi Rp 1.723 triliun atau equivalen 200,5 miliar dollar AS atau 26,1 persen terhadap PDB.

Peningkatan utang yang sangat tajam justru terjadi pada akhir periode Orde Baru (Orba). Waktu itu, total utang dari Rp 552,5 triliun atau 57 persen terhadap PDB pada akhir 1998 meningkat menjadi Rp 939,5 triliun atau 85 persen terhadap PDB pada akhir 1999.

Dari data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan yang dikutip, Selasa (19/2/2013), total utang pemerintah Indonesia hingga Januari 2013 mencapai Rp 1.979,75 triliun dengan rasio 24% terhadap PDB.

Dari jumlah tersebut, Rp 603,76 triliun merupakan utang luar negeri yang didapat dari beberapa negara dan juga lembaga-lembaga multilateral. Utang luar negeri ini turun Rp 9 triliun dibandingkan akhir 2012 yang sebesar Rp 612,52 triliun

3. Kekuasaan Elit melanggengkan pelanggaran HAM dan Melindungi Para Pelanggar Ham

4. Kekuasaan Elit menghambat kebebasan rakyat untuk berserikat, berkumpul dan berkepresi.

- Dalam catatan Setara Institut, ada sekitar 299 kasus peristiwa pelanggaran kebebasan beragama yang terjadi pada tahun 2011 lalu.

- Koordinator Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan) Haris Azhar mengatakan, selama Januari sampai pertengahan Februari 2013 saja sudah terjadi delapan kasus kekerasan terhadap minoritas. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah, seiring dengan suhu politik yang semakin memanas.

- Direktur Yayasan Denny JA, Novriantoni Kahar, mengatakan sepanjang 1998-2004 (era pra-SBY) terjadi 915 kasus kekerasan diskriminasi atau 150 kali dalam setahun. Sementara, sepanjang 2005-2012 di era kepemimpinan SBY, kekerasan terdahap kaum minoritas meningkat sebanyak 14.083 kasus.

- Kekuasaan SBY sejak tahun 2004 hingga sekarang, telah terjadi 618 konflik agraria di seluruh wilayah Republik Indonesia, dengan areal konflik seluas 2.399.314,49 hektar, sedikitnya lebih dari 731.342 KK harus tergusur dari tanahnya, menghadapi ketidakadilan agraria dan konflik berkepanjangan. Sebaran konflik agraria ini terjadi di 28 provinsi, 350 kota/kabupaten dan 750 desa/kecamatan. Korban langsung akibat pengunaan cara-cara represif dan barbar yang telah dilakukan oleh aparat kepolisian dan militer dalam penanganan konflik dan sengketa agraria yang melibatkan rakyat di desa, kota dan komunitas adat telah mengakibatkan 941 orang ditahan, 396 mengalami luka-luka, 63 orang diantaranya mengalami luka serius akibat peluru aparat, serta meninggalnya 44 pejuang-pejuang agraria di wilayah-wilayah konflik tersebut selama periode 2004 – 2012. (Laporan Akhir Tahun Konsorsium Pembaruan Agraria, 2012) .

5. Kekuasaan Elit terus melakukan perampasan upah buruh dan hak bekerja secara layak


- Januari 2013, Suryamin menjelaskan secara rill, upah memang menurun dikarenakan lebih kecil dari inflasi Desember sebesar 0,54 persen. "Karena lebih kecil dari inflasi, maka secara riil turun 0,14 persen," jelasnya.

- Sedangkan, untuk upah nominal harian buruh bangunan naik 1,08 persen dari Rp66.279 menjadi Rp66.998. Meski demikian, jika dilihat secara riil upah mengalami kenaikan sebesar 0,54 persen.

6. Kekuasaan Elit terus melakukan perampasan tanah rakyat dan penggusuran

- Sepanjang kekuasaan Soeharto mulai 1967 hingga kekuasaan rezim SBY sampai tahun 2012 Konsorsium Pembaruan Agraria menemukan 2371 konflik agraria yang bersifat struktural. Sawit Watch juga menyebutkan sekitar 660 kasus terjadi di perkebunan kelapa sawit, dan Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mencatat konflik agraria sektor perikanan sepanjang 2012 melibatkan sekitar 60.000 nelayan.

7. Kekuasan Elit terus mendikriminasikan perempuan, dan bahkan ikut melakukan kekerasan terhadap perempuan


8. Kekuasaan Elit merampas hak hidup rakyat---jaminan pangan, kesehatan, perumahan dan pendidikan.

9. Kekuasaan Elit menghancurkan alam sebagai sumber kehidupan manusia

Maka jalan keluarnya adalah :

KEKUASAN EKONOMI POLITIK BORJUIS HARUS DIGANTI DENGAN PERSATUAN PERJUANGAN RAKYAT

Dengan fakta-fakta di atas, maka tidak ada jalan lain bagi rakyat Indonesia – Jika ingin sejahtera, adil, beradab, dan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kekuasaan borjuis harus diganti dengan Persatuan Perjuangan Rakyat yang anti Penghisapan kaum modal yang akan mampu menghadirkan keadilan produksi bagi rakyat Indonesia

Persatuan Perjuangan Rakyat adalah cara berpolitik rakyat yang dilaksanakan dengan tegas dalam bentuk tindakan dan program-program demi menjawab problem pokok rakyat, yakni rakyat pada waktu ini ialah tidak mau dijajah lagi, karena telah diproklamirkan kemerdekaan dan konsekuensinya adalah mengusir musuh, melawan tiap bentuk penindasan yang berkembang di Republik ini, tentu saja menegaskan program-program kerakyatan yang anti penindasan dan pengisahapan dengan menampilkanya di dalam bentuk kebijakan nasional.

Tentu saja, agar rakyat sanggup membangun kekuasaan politiknya maka langkah pertama yang harus dilakukan oleh Rakyat Indonesia adalah mempersiapkan dan membentuk sebuah alat perjuangan politik secara nasional yang terutama berlandaskan kekuatan kaum Buruh bersama kaum Tani, kaum miskin kota, pemuda-pemudi, dan seluruh rakyat yang menghendaki perubahan mendasar di Republik ini.

Mungkin bagi sebagian orang –apalagi oleh Kaum Elit—kesanggupan rakyat membangun alat perjuangan politik adalah sesuatu yang mustahil. Namun, kebangkitan pergerakan buruh Indonesia di tahun-tahun belakangan ini terutama ketika terjadi pemogokan nasional 03 Oktober 2012 dan perlawanan kaum tani yang militan diberbagai daerah juga perlawanan kaum miskin kota serta perlawanan pemuda-pemudi (terutama mahasiswa) sejatinya merupakan energi yang sangat besar untuk melahirkan sebuah alat politik rakyat.

Sikap Kaum Buruh Dan Rakyat Indonesia terhadap Pemilu Elit 2014
Pemilu yang seyogyanya dapat menghadirkan “wakil rakyat” ternyata juga jauh dari tujuan “perwakilan” sesungguhnya karena mereka lebih tepat disebut sebagai wakil kaum modal dalam struktur parlemen borjuis. Maka sangat wajar, jika mereka yang menggadang-gadang diri sebagai wakil rakyat terpilih tidak menjalankan perannya. Pemilu hanya sebatas prosedural, parpol dijadikan kendaraan politik untuk kekuasaan dan mempertegas tata kuasa dominasi kaum modal di republik. Skandal korupsi kelas hiu yang menyeret anggota legislatif dalam dua tahun terakhir menjadi salah satu bukti dari tidak berjalannya fungsi perwakilan sejatinya.

Adalah sebuah taktik yang keliru dalam situasi sekarang—jika ini dianggap taktik--ketika kaum aktivis gerakan dan kalangan rakyat menjadi calon legislative atau masuk dalam struktur dan menjadi anggota partai Elit yang jelas-jelas menindas rakyat.

Menjadi anggota DPR/DPRD dengan “menumpang” pada partai penindas, sejatinya justru menguatkan penindasan itu sendiri, sebab partai-partai penindas ini akan menggunakan trade record para aktivis yang baik sebagai bumper untuk menutupi kejahatan-kejahatan mereka di masa lalu—ataupun yang akan mereka lakukan di masa depan—sehingga rakyat masih bisa ditipu untuk mendukung partai-partai penindas ini.

Itulah sebabnya, Sekber Buruh tidak akan memberikan dukungan dalam bentuk apapun terhadap semua partai—yang nota bene semuanya adalah partai bandit--dalam pemilu 2014 nanti.

Sekber Buruhpun tidak mengambil jalan sekedar GOLPUT— yang tidak punya pengaruh politik, selain sekedar masuk sebagai catatan, karena sebasar apapun angka GOLPUT, tetap saja kekuasaan yang terbentuk melalui pemilu 2014 dianggap sah dan legitimit--

Lalu apakah parpol tidak dibutuhkan di negeri ini? Jawabannya parpol tetap dibutuhkan terlebih dalam sistem demokrasi dalam pengertian yang sesungguhnya, parpol memegang peranan penting. Di Indonesia, keberadaan parpol cenderung hanya sebagai peserta pemilu. Parpol parpol yang (relatif) baru mesti mengeluarkan dana yang terhitung besar agar dapat mempertahankan eksistensinya di dunia politik. Mulai dari menyiapkan kepengurusan di setiap provinsi di Indonesia dan 75% dari jumlah kabupaten/kota dan paling sedikit 50% dari jumlah kecamatan pada kabupaten/kota yang bersangkutan dan termasuk proses pendaftaran parpol menjadi badan hukum.

Momen yang paling menentukan adalah pendaftaran parpol ke KPU sebagai peserta pemilu. Bagi yang lolos verifikasi, pertarungan masih belum selesai, sementara bagi yang gagal, pilihannya hanya dua, berhenti total atau berusaha terus dengan melakukan merger diantara sesama parpol yang gagal. UU parpol yang ada saat ini sangat kuat mengkondisikan parpol didirikan hanya untuk kepentingan pemilu semata. Dengan prasyarat yang disebutkan diatas, persoalan utama dan pertama yang dipikirkan adalah besarnya dana yang dibutuhkan untuk mendirikan parpol.

Sehingga pendirian parpol tidak didasarkan pada ideologi mendasar yang ingin menjawab berbagai persoalan pokok terutama yang membelit rakyat. Negeri ini tidak mengkondisikan sebuah parpol berdiri agar bisa bekerja untuk rakyat tanpa harus dipusingkan dengan persoalan administrasi yang cenderung memberatkan. Tetapi hal tersebut sengaja di-luput-kan begitu saja oleh mereka yang berada dalam posisi pemegang kekuasaan. Kebijakan yang berkaitan dengan pendirian parpol selalu saja menguntungkan pihak-pihak yang memiliki modal besar dalam berpolitik.

Buruh Berkuasa, Rakyat Sejahtera
Hanya dengan Persatuan Perjuanganlah program-program mendesak ini bisa dijalankan dan menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Antara lain:

  1.   Buka ruang demokrasi yang seluasnya bagi rakyat.
  2.   Rombak UU dan Kebijakan lainya yg pro pasar menjadi Pro Rakyat.
  3.   Nasionalisasi Aset aset vital untuk rakyat.
  4.   Industrilaisasi Nasional dibawah kontrol rakyat.
  5.   Pembaruan Agraria.
  6.   Pendidikan, Kesehatan dan Transportasi Gratis.
  7.   Laksanakan Politik Upah Layak Secara Nasional.
  8.   Hapuskan Sistem Kerja Kontrak dan Outsourching.
  9.   Perumahan layak dan gratis bagi rakyat.
  10.   Buka lapangan kerja seluasnya untuk rakyat.
Serikat-serikat, federasi-federasi, dan organisasi-organisasi politik yang tergabung dalam Sekber Buruh yakni :
  1. Progresip
  2. SBMI
  3. SPRINT
  4. FBLP
  5. FPBI
  6. SBTPI
  7. FRONTJAK
  8. Pembebasan 
  9. SMI
  10. Perempuan Mahardhika
  11. PPR
  12. KPO-PRP
  13. Politik Rakyat
SERUAN :

LAWAN KAPITALISME, GULINGKAN ELIT POLITIK BOURJUASI, 
BANGUN KEKUATAN POLITIK RAKYAT
Website: Sekber Buruh

Perempuan Mahardhika

Perempuan Mahardhika

Perempuan Mahardhika
Perempuan keluar rumah! Bangun Organisasi dan pergerakan perempuan melawan patriarki, militerisme dan kapitalisme!

Penghancuran gerakan perempuan dan gerakan kerakyatan di Indonesia di tahun 1965 merupakan kekalahan bagi rakyat dan gerakan perempuan di Indonesia.  Reformasi tahun 1998 dan penjatuhan kediktatoran Soeharto membuka jalan bagi reorganisasi gerakan perempuan.

Berbagai bentuk organisasi perempuan bertumbuh: kelompok-kelompok komunitas akar rumput dan LSM semakin banyak, namun belum dalam bentuk yang secara politik melawan keseluruhan sistem yang menindas perempuan, yakni patriarki dan kapitalisme. Kelahiran kembali pergerakan ini memberi landasan bagi pembangunan kembali suatu gerakan perempuan yang progresif dan anti kapitalis untuk berjuang melawan iklim politik yang semakin seksis. Perempuan Mahardhika didirikan atas landasan kepentingan tersebut. 

Perempuan Mahardhika dan pembangunan gerakan rakyat
Persatuan dengan gerakan demokratik
Sangat penting memajukan pergerakan rakyat untuk dapat membangun suatu alternatif yang radikal terhadap sistem saat ini. Perempuan Mahardhika secara aktif mengambil peran penting dalam mengkonsolidasikan pergerakan, membantu untuk menguatkannya, dan sekaligus meluaskan serta meningkatkan kesadaran pembebasan perempuan ke dalam gerakan demokratik di Indonesia (yang kita biasa sebut sebagai pengarusutamaan jender).

Bersama gerakan demokratik, Perempuan Mahardhika membangun persatuan politik, mengorganisir dan melakukan mobilisasi, pendidikan politik, diskusi dan penyebaran selebaran, pemogokan dan bahkan sempat terlibat dalam membangun partai politik untuk bertarung dalam pemilu 2009. Melalui pengaruh demokratik dan feminis terhadap pergerakan semacam itulah Mahardhika dapat tumbuh.

Bersatu dengan gerakan buruh
Buruh perempuan merupakan pusaran potensial bagi pergerakan perempuan progresif. Mahardhika telah melakukan pengorganisiran dan mengambil bagian dalam membangun gerakan buruh sebagai jalan meningkatkan kesadaran atas hak-hak perempuan dan feminisme. Pendidikan politik, Sekolah Feminis untuk kaum buruh, menyertakan isu perempuan ke dalam isu-isu perburuhan, diskusi, publikasi, pemutaran film dan  advokasi melawan pelecehan seksual di pabrik untuk meningkatkan kapasitas perjuangan buruh perempuan, adalah sebagian aktivitas yang dilakukan oleh Perempuan Mahardhika.

Perempuan buruh memiliki banyak persoalan yang harus diperjuangkan, seperti diskriminasi, pelecehan, pelanggaran hak-hak normatif, upah murah, pemberangusan serikat, outsourcing, kesulitan untuk menyertakan beberapa tuntutan khusus perempuan ke dalam Kesepakatan Kerja Bersama (KKB), dsb. Dalam rangka mengatasi berbagai tantangan ini, kapasitas dan kesadaran gender para organisator perempuan buruh harus ditingkatkan.

Saat ini, untuk pembangunan perspektif perempuan di gerakan buruh, Mahardhika berhubungan erat dengan Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP). Kegiatan bersama yang telah dilaksanakan adalah seperti diskusi perempuan setiap Selasa dan penyelenggaraan bersama Sekolah Feminis Buruh. Melalui aktivitas bersama dengan FBLP juga lah Mahardhika cukup berhasil dalam meningkatkan kepemimpinan perempuan dan ikut berperan dalam melahirkan sebuah radio komunitas Marsinah FM, yang dijalankan oleh dan untuk perempuan buruh di Jakarta Utara.

Kampanye terakhir yang dilakukan Perempuan Mahardhika adalah pemenuhan “Pojok Asi” dan tempat penitipan anak di pabrik sebagai bagian dari hak normative pekerja perempuan yang telah diputuskan Organisasi Buruh Internasional (ILO). Perempuan Mahardhika juga mendukung perlawanan terhadap penangguhan upah terhadap industry tekstil, garmen, alas kaki dan mainan yang merugikan lebih banyak pekerja perempuan.

Bersatu dengan organisasi perempuan lainnya dan kelompok-kelompok LGBTI
Gerakan perempuan telah bertumbuh dan berkembang sejak tahun 1998, namun belum mencapai keluasan yang sama seperti yang terjadi sebelum tahun 1965. Perempuan Mahardhika secara aktif terlibat dan membangun gerakan perempuan, mendorongnya berjuang untuk pemenuhan hak-hak demokratis perempuan yang semakin mendapatkan serangan hebat oleh berbagai kelompok fundamentalis reaksioner serta oleh berbagai kebijakan politik dan ekonomi yang pro kapitalis pro Negara neoliberal.

Feminisasi kemiskinan (kemiskinan yang didominasi oleh perempuan), kontrol Negara terhadap tubuh dan seksualitas perempuan dalam wujud UU Anti Pornografi, kekerasan seksual, diskriminasi, kesehatan reproduksi, dll, adalah sebagian dari persoalan mendesak yang harus disuarakan. Mahardhika mempercayai politik independen aksi massa dan mobilisasi adalah kunci untuk  melawan berbagai persolan yang mendesak, yang disebabkan oleh kelas penguasa kapitalis dan patriarkis ini.

Melalui pendekatan ini, Mahardhika telah mulai melibatkan dirinya dan membantu pembangunan gerakan LGBTI (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender dan Interseks) di Indonesia. Mahardhika mempertahankan hak-hak kaum LGBTI melalui kampanye solidaritas dalam International Day against Homophobia and Transphobia (IDAHO) dan International Lesbian and Gay Association (ILGA) di tahun 2011 dan 2012, serta aktif dalam melawan represi terhadap kebebasan berekspresi seperti penyerangan terhadap Irsyad Mandji dan rencana konser Lady Gaga.

Mahardhika belakangan ini berperan aktif dalam mempromosikan dan mendirikan satu pertemuan nasional para aktivis LGBTI yang bertujuan untuk membangun pendekatan yang lebih menyatu dan membangun gerakan LGBTI di Indonesia. Melalui pengalaman ini Maharhdika sekarang telah sanggup membentuk kelompok queer independen di Medan dan Jakarta Utara.

Bersatu dengan kaum tani dan kaum miskin kota
Struktur Mahardhika terkait dan secara aktif terlibat dalam perjuangan melawan penggusuran serta mengadvokasi hak-hak kaum miskin kota terhadap tanah dan pekerjaan. Di pantai Parangtritis – Yogyakarta contohnya, Mahardhika terlibat dalam mengorganisir keluarga miskin dan kaum perempuan yang tergusur dari rumah dan pekerjaan mereka karena proyek pembangunan resort dan hotel yang dilakukan oleh pemerintahan kesultanan di Yogyakarta. Mahardhika mencoba mengorganisasikan perempuan yang dilacurkan/pekerja seks untuk melawan kriminalisasi dan Perda Anti Miras serta Prostitusi di daerah ini.

Perempuan Mahardhika belum memiliki program dan advokasi terhadap perempuan tani. Kami biasanya mengambil bagian dalam berbabagi kampanye dan mobilisasi hak-hak kaum tani di Jakarta. Isu-isu yang biasanya kami diskusikan adalah kemiskinan di daerah pedesaan, kesehatan reproduksi perempuan tani, subsidi beras bagi kaum miskin, hak atas tanah, dan melawan represi militer atas perjuangan kaum tani.

Sekolah Feminis untuk Kaum Muda
Selama hampir 5 tahun Perempuan Mahardhika telah mengorganisasikan Sekolah Feminis untuk kaum muda (sebagian besar mahasiswa). Tiga modul yang terus diperbaharui telah dipublikasikan. Dimulai sebagai inisiatif ujicoba di Yogyakarta, Sekolah Feminis kini telah menyebar di 5 kota lainnya yaitu: Medan, Mojokerto, Samarinda, Makassar, dan Ternate, menyusul kemudian Sekolah Feminis untuk perempuan buruh di Jakarta Utara. Memperkenalkan  perspektif feminis pada kaum muda mahasiswa dan buruh telah menjadi pengalaman yang sangat positif dan menggairahkan.

Sekolah diorganisir secara intensif dalam bentuk pelatihan selama 3 hari, dengan aktivitas-aktivitas pra dan pasca sekolah. Modul pelatihan meliputi 6 topic: Pemahaman terhadap persolan sehari-hari perempuan, Pengenalan Gender dan Seksualitas, Persoalan yang menghambat kesetaraan perempuan, Agama dan Kesetaraan perempuan, Perempuan dan potensi gerakannya yang mengubah dunia, serta apa yang ingin kita capai dan bagaimana caranya. Bagi Sekolah Feminis buruh kami menyiapkan modul yang hampir sama namun memiliki kandungan peran strategis perempuan buruh dalam perjuangan hak-hak perempuan.

Kelas-kelas dalam Sekolah Feminis bukanlah kelas semacam guru dan murid, melainkan kelas yang memfasilitasi diskusi. Itulah mengapa kami juga mengembangkan berbagai permainan yang terkait topic untuk membantu peserta memahami materi. Bagi kami sangatlah penting memiliki pendidikan feminis yang jelas dan sistematis namun tidak reduksionis. Kelas feminis ini sangat penting bagi Maharhdika untuk mendapatkan lapisan feminis baru yang akan bergabung dalam organisasi, disamping bahwa kaum muda perempuan adalah kekuatan penting bagi keberlanjutan perjuangan.

Sekolah Feminis sekaligus merupakan bagian dari cita-cita jangka panjang Mahardhika untuk membangun suatu insitusi pendidikan feminis sosialis di Indonesia dan memainkan peran besar untuk membangun perspektif bagi pergerakan pembebasan perempuan di negeri ini. Agar ini tercapai membutuhkan usaha dan dukungan yang konsisten, dan Sekolah Feminis hanyalah sebuah awal.

Struktur dan Tujuan Organisasi
Perempuan Mahardhika adalah organisasi perempuan yang secara konstruktif memeluk teori feminis sosialis dalam perjuangan dan pergerakannya. Diinisiatifi sebagai kolektif kerja perempuan sejak tahun 2003 namun berhasil menjadi sebuah jaringan yang tidak ketat sejak tahun 2006. Perempuan Mahardhika menjadi lebih eksis dan berakar dalam pergerakan hak-hak perempuan setelah tahun 2010. Beberapa organisasi kiri dan progresif—dimana banyak anggota Mahardhika juga menjadi anggota—secara konstruktif telah terlibat dan membantu Mahardhika mencapai tujuannya. Perdebatan yang hidup memperkaya praktek perjuangan organisasi dan sejauh ini tidak menjadi hambatan dalam melakukan pekerjaan perjuangan untuk meluaskan gerakan perempuan independen.

Perempuan Mahardhika saat ini ada di 9 Kota (7 provinsi): Jakarta, Mojokerto, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Samarinda, Balikpapan, Makassar, dan Ternate. Struktur nasional Mahardhika disebut Komite Nasional, dan Komite Kota di tingkat kota.

PENGURUS KOMITE NASIONAL 2013-2015
Sekretaris Nasional                                                
- Mutiara Ika Pratiwi
Departemen Pendidikan dan Sekolah Feminis        
- Sri Sartika Dewi, Christina Yulita
Departemen Politik dan Kampanye                       
- Dian Novita, Jumisih
Departemen Pengembangan Organisasi                
- Hasmarani Nento, Latiefah Widuri Retyaningtyas
Departemen Penggalangan Dana                           
- Thien Kusna, Vivi Widyawati


KONTAK

Alamat Jalan Tebet Timur Dalam V A/No.33, Jakarta Selatan, 12820, Indonesia
Nomor telepon dan fax : +62 21 83784318
Email
Blog
: mahardhika.kita@gmail.com
: www.perempuanmahardhika.wordpress.com
FB : Perempuan Mahardhika
Sejarah Hari Buruh Se-Dunia

Sejarah Hari Buruh Se-Dunia

 
Sejarah Hari Buruh

May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja. Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi pada tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.

Ada dua orang yang dianggap telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, Peter McGuire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Pada tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk menuntut mengurangan jam kerja. McGuire lalu melanjutkan dengan berbicara dengan para pekerja and para pengangguran, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. McGuire menjadi terkenal dengan sebutan "pengganggu ketenangan masyarakat".

Pada tahun 1881, McGuire pindah ke St. Louis, Missouri dan memulai untuk mengorganisasi para tukang kayu. Akhirnya didirikanlah sebuah persatuan yang terdiri atas tukang kayu di Chicago, dengan McGuire sebagai Sekretaris Umum dari "United Brotherhood of Carpenters and Joiners of America". Ide untuk mengorganisasikan pekerja menurut bidang keahlian mereka kemudian merebak ke seluruh negara. McGuire dan para pekerja di kota-kota lain merencanakan hari libur untuk Para pekerja di setiap Senin Pertama Bulan September di antara Hari Kemerdekaan dan hari Pengucapan Syukur.

Pada tanggal 5 September 1882, parade Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang yang membawa spanduk bertulisan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi. Maguire dan McGuire memainkan peran penting dalam menyelenggarakan parade ini. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar dan semua negara bagian merayakannya.
Pada 1887, Oregon menjadi negara bagian pertama yang menjadikannya hari libur umum. Pada 1894. Presider Grover Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan minggu pertama bulan September hari libur umum resmi nasional.

Kongres Internasional Pertama diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, dihadiri berbagai elemen organisasi pekerja belahan dunia. Kongres ini menetapkan sebuah tuntutan mereduksi jam kerja menjadi delapan jam sehari, yang sebelumnya (masih pada tahun sama) telah dilakukan National Labour Union di AS: Sebagaimana batasan-batasan ini mewakili tuntutan umum kelas pekerja Amerika Serikat, maka kongres mengubah tuntutan ini menjadi landasan umum kelas pekerja seluruh dunia.

Satu Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions untuk, selain memberikan momen tuntutan delapan jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih karena pada 1884 Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872, menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886.

 

Peristiwa Haymarket

 


Peristiwa Haymarket, Polisi menembaki para demonstran disusul dengan perlawanan dari kaum buruh.

 
Pada tanggal 1 Mei tahun 1886, sekitar 400.000 buruh di Amerika Serikat mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari. Aksi ini berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 1 Mei.

Pada tanggal 4 Mei 1886. Para Demonstran melakukan pawai besar-besaran, Polisi Amerika kemudian menembaki para demonstran tersebut sehingga ratusan orang tewas dan para pemimpinnya ditangkap kemudian dihukum mati, para buruh yang meninggal dikenal sebagai martir. Sebelum peristiwa 1 Mei itu, di berbagai negara, juga terjadi pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut perlakukan yang lebih adil dari para pemilik modal.

Kongres Sosialis Dunia

Pada bulan Juli 1889, Kongres Sosialis Dunia yang diselenggarakan di Paris menetapkan peristiwa di AS tanggal 1 Mei itu sebagai hari buruh sedunia dan mengeluarkan resolusi berisi:
Sebuah aksi internasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional Perancis.
Resolusi ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890, tanggal 1 Mei, yang diistilahkan dengan May Day, diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara, meskipun mendapat tekanan keras dari pemerintah mereka.

Source: Wikipedia
Kamis, 08 Januari 2015
10 PEDOMAN MORAL BURUH REVOLUSIONER

10 PEDOMAN MORAL BURUH REVOLUSIONER


1. KEDALAM : Jujur, terus terang, menguasakan pikiran ( Rasionalitas ) di atas perasaan.

2. KELUAR: Berdisiplin, bersatu, menyimpan rahasia serikat/ organisasi dan kawan terhadap pihak luar dan lawan.

3. MEMILIKI RASA TANGGUNG JAWAB YANG PENUH TERHADAP TUGAS YANG SUDAH DI AMANATKAN OLEH SERIKAT/ ORGANISASI.

4. MEMPUNYAI INISIATIF ( kegiatan-ichtiar ) selalu mencari usaha dan jalan/ cara baru untuk mengatasi dan menguasai segala persoalan secara tertib.

5. RAJIN BELAJAR bersama dan mendidik diri sendiri, menjadi contoh tauladan untuk kawan, rakyat dan masyarakat sekeliling.

6. BERANI DAN IKHLAS sedia di kritik/ koreksi dan mengkritik/ koreksi secara ilmiah, membangun dan tertib organisasi demi kemajuan bersama.

7. MENELITI DAN MEMAHAMI kelemahan dan kecakapan diri sendiri dalam lingkungan sesama kawan se-perjuangan.

8. MEMBUKTIKAN RASA KEKELUARGAAN, RASA GOTONG ROYONG, TOLONG MENOLONG, SERTA TINDAKAN PEMBELAAN MOREEL DAN MATERIEEL sesama kawan dalam organisasi, yang berarti mengembangkan perbuatan setia terhadap garis perjuangan.

9. Membuktikan pelaksanaan CARA BERPIKIR DAN CARA BEKERJA YANG TERATUR ( bersistem dan berencana ) dalam hubungan pembagian kerjasama dalam berjuang.

10. MEMILIKI KEMAMPUAN MENDISIPLINKAN DIRI SENDIRI untuk bekerja dan berjuang serta dalam pergaulan perhubungan sesama kawan, dengan semangat dan jiwa revolusioner berdasarkan pedoman dan pandangan filsafat kelas buruh.


Back To Top